Oleh: Nabil Ashafa
Halte Terminal Lama: Saksi Bisu Sejarah Kota Pekanbaru Yang Tak Dikenal

Terminal Lama.
Di tengah kesibukan modernisasi dan laju pembangunan yang pesat di Kota Pekanbaru, ada sebuah lokasi yang hampir terlupakan, halte terminal lama yang berada di kota Pekanbaru.
Dahulu, halte ini merupakan titik penting dalam mobilitas masyarakat, menjadi tempat berkumpul antara pedagang, wisatawan, dan warga lokal yang menjadikan Pekanbaru sebagai kota transit dan perdagangan.
Namun, saat ini, Halte Terminal Lama hanya menjadi bangunan tua yang terabaikan, diam di tengah dinamika zaman.
Sebenarnya, jika diteliti lebih lanjut, Halte Terminal Lama ini menyimpan sejarah yang kaya yang mencerminkan kemajuan kota, interaksi sosial, serta adanya bentrokan antara modernisasi dan ingatan masa lampau.
Pekanbaru adalah kota yang berkembang dengan cepat karena posisinya yang strategis di tepi Sungai Siak.
Di era kolonial Belanda, sungai berfungsi sebagai saluran utama untuk distribusi barang dan mobilitas manusia.
Saat transportasi darat mulai maju, dibangun halte-halte terminal sebagai pendukung kegiatan tersebut, dan halte terminal lama ini menjadi salah satu yang pertama didirikan untuk mendukung lalu lintas kendaraan umum dan antar kota.
Halte Terminal Lama ini bukan hanya sekadar tempat untuk menunggu transportasi umum. Halte terminal ini merupakan titik pertemuan sosial.
Di tempat ini, individu dari beragam latar belakang berkumpul. Kegiatan ekonomi berkembang di sekelilingnya, seperti kedai kopi, gerai koran, penjual kaki lima, sampai musisi jalanan.
Keramaian kaya akan kisah-kisah dan merupakan jantung kehidupan kota pada saat itu.
Halte Terminal Lama merupakan salah satu situs cagar budaya yang berada di Jalan Perdagangan kelurahan Kampung Bandar kecamatan Senapelan kota Pekanbaru.
Dahulunya, sekitar tahun 1950-an, tempat ini menjadi pusat keramaian yang sangat luar biasa.
Halte Terminal Lama yang dahulunya bernama Terminal Boom Baru merupakan tempat pemberhentian bagi orang-orang yang datang dari luar kota dan pengguna angkutan kota Pekanbaru, serta menjadi tempat persinggahan orang-orang yang hendak menyeberangi jembatan Ponton.
Jembatan Ponton merupakan sejenis jembatan mengambang yang disandarkan ke ponton atau sejenis kapal berlambung datar ataupun sejenis kotak besar yang mengapung untuk menyangga landasan jembatan dan beban dinamis di atasnya.
Jembatan Ponton dibangun oleh PT. Caltex Pacific Indonesia yang namanya sempat berubah menjadi PT. Chevron Pacific Indonesia, dan pada masa sekarang PT ini sudah diambil alih oleh PERTAMINA.
Perusahaan ini membangun kantor yang terletak di kecamatan Rumbai.
Dengan adanya jembatan ini akan mempermudah para pekerja PT. Caltex Pacific Indonesia menyeberang untuk menuju ke kantor dan jembatan ini juga dapat dipergunakan oleh masyarakat umum.
Pada tahun 1970, jembatan ini mengalami kemacetan dikarenakan padatnya arus lalu lintas yang melewati jembatan Phontoon tersebut.
Belum lagi jembatan ini harus diputus karena ada transportasi air yang melewati sungai Siak pada waktu-waktu tertentu.
Akhirnya pada tahun 1973 PT. Caltex Pacific Indonesia membangun jembatan baru yang terletak di sisi barat tidak jauh posisinya dari “Halte Terminal Lama” dan jembatan itu disebut jembatan Siak I.
Setelah jembatan Siak I diresmikan penggunaannya pada tahun 1977, pada saat itu pula Halte Terminal Lama sudah tidak beroperasi lagi. Kawasan ini pun sekarang dialihfungsikan menjadi area taman dan Halte Terminal Lama masih ada dan diterus dirawat oleh pemerintah kota Pekanbaru.
Dari perspektif arsitektur, Halte Terminal Lama ini adalah contoh tempat utilitarian dari era orde baru yang menekankan pada fungsionalitas dan kekuatan struktur.
Walaupun terlihat mudah, rancangan pada tempat ini dibuat untuk menghadapi panas tropis dengan langit-langit tdan sirkulasi udara alami.
Bahan beton yang dipakai pada tempat ini mencerminkan semangat pembangunan dan kemandirian setelah negara kita Indonesia merdeka.
Sayangnya, pemahaman untuk menganggap tempat semacam ini sebagai bagian dari warisan budaya masih sangat minim.
Dalam banyak situasi, struktur-struktur bersejarah yang tidak terlihat indah secara visual sering kali dianggap remeh dan tidak layak untuk dikunjungi.
Pandangan ini sangat merugikan, karena menghilangkan jejak sejarah kota Pekanbaru dan identitas bersama warga masyarakatnya.
Tempat seperti Halte Terminal Lama bukan hanya terkait fisik saja. Ini adalah area penyimpanan ingatan.
Tempat ini menggambarkan cara masyarakat hidup, berinteraksi, dan beraktivitas pada periode tertentu dalam sejarah Pekanbaru. Dengan membiarkan Halte Terminal Lama ini tidak terurus, kita sedang memutuskan ikatan dengan masa lalu yang seharusnya bisa mencerminkan masa depan.
Kisah Halte Terminal Lama Pekanbaru ini menggugah rasa prihatin saya, dikarenakan banyaknya sejarah yang telah terukir di tempat ini 75 tahun yang silam, tetapi begitu banyak pula masyarakat kota Pekanbaru yang tidak mengetahuinya.
Memang, secara estetika tempat ini kurang memiliki nilai keindahan dibandingkan cagar budaya yang lainnya. Oleh karena itulah, masyarakat kurang tertarik berkunjung untuk mengetahui sejarah dari tempat ini.
Ketika saya berkunjung ke Halte Terminal Lama ini, saya dapat merasakan bagaimana ramainya suasana pada masa dahulu.
Pada saat saya melihat bangku berjejer, saya membayangkan bagaimana serunya ketika berbincang dengan orang-orang yang sedang menunggu di Halte Terminal Lama tersebut.
Banyak masyarakat yang tidak menyadari banyaknya nilai-nilai positif yang terdapat pada sejarah Halte Terminal Lama.
Pertama adalah nilai sejarah perkembangan kota. Halte Terminal Lama ini menjadi bukti fisik dari proses urbanisasi dan pertumbuhan infrastruktur kota Pekanbaru dari tahun 1950 silam.
Kedua, adanya nilai transportasi dan mobilitas. Pada masa jayanya, Halte Terminal Lama ini menjadi pusat mobilitas masyarakat yang mau datang ke kota Pekanbaru, maupun yang mau bepergian ke luar kota Pekanbaru.
Halte Terminal Lama ini sangat berperan sebagai penghubung antar daerah dan antar kota.
Ketiga, adanya nilai ekonomi, dimana pada saat itu banyaknya warga sekitar yang bergantung hidup dari aktivitas di Halte Terminal Lama ini.
Mulai dari pedagang kaki lima hingga supir angkutan kota. Dan yang terakhir adanya nilai emosional. Bagi orang-orang pada masa itu, Halte Terminal Lama ini menyimpan banyak kenangan, diantaranya: tempat pertemuan, perpisahan, dan perjalanan yang mereka rasakan dan alami kala itu.
Dari nilai-nilai diatas, membuat saya berfikir, inilah daya tarik yang bisa diperoleh oleh masyarakat yang berkunjung ke situs cagar budaya Halte Terminal Lama ini.
Cagar budaya ini bisa memberikan pelajaran sejarah yang baik dan menyenangkan bagi anak-anak, siswa, mahasiswa, dan masyarakat umum. Selain itu, pengunjung juga dapat bersantai dan bermain di taman yang terletak di kawasan Halte Terminal Lama. Pengunjung dapat melihat pemandangan disekitar kawasan ini sambil menikmati kuliner yang dijual oleh warga sekitar.
Dapat kita lihat bahwa Halte Terminal Lama menyimpan banyak nilai-nilai sejarah. Walaupun sekarang perannya sudah berubah, keberadaannya tetap penting sebagai saksi bisu sejarah kota Pekanbaru.
Dengan ini saya mengajak kita semua untuk dapat mengenal dan mengetahui cagar budaya yang ada di sekitar kita. Jangan sampai cagar budaya tersebut hanya menjadi saksi bisu yang tak dikenal! (*)
Oleh: Nabil Ashafa
Tulis Komentar