Ada Apa Pak SF, dengan Pak Erisman?

KASRI JUMIAT Penggiat Sosial Media
Hallo gaes
 
Ape kesah ni ya
 
Antara Pak Plt. Gubernur, SF. Hariyanto dengan Pak Kadis Pendidikan Riau, Pak Erisman Yahya.
 
Macam ada yang tak sampai dari Pak Plt. Gubernur.
 
Macam tapi ya. Mudah-mudahan kita salah.
 
Tapi saya pribadi merasakan, Pak Plt. Gubernur ini macam tensian begitu menyinggung tentang Pak Erisman.
 
Tengoklah dua hari lalu, ada pemberitaan di media online, yang mana Pak Plt. Gubernur sampai meminta Pak Erisman mundur dari jabatan kadis kalau dia dianggap takut dengan wartawan.
 
Hal ini terkait dengan keberadaan portal elektrik yang terdapat di kantor Dinas Pendidikan Riau, yang dipimpin Pak Erisman.
 
Menurut Pak Plt. Gubernur, keberadaan portal itu tak pantas diterapkan di kantor tersebut, karena Dinas Pendidikan Riau berorientasi pelayanan publik. 
 
Kalau ini, mungkn ada betulnya. 
 
"Terima kasih atas informasinya. Nanti segera saya panggil (Kadisdik)," kata SF. Hariyanto kepada wartawan usai upacara Hari Guru Nasional di Kantor Gubernur Riau, Selasa (25/11/2025). 
 
Lalu SF Hariyanto membandingkan dengan Kantor Gubernur Riau yang justru tidak menggunakan portal elektrik.
 
Kemudian ia menyindir Pak Erisman seolah takut saat menghadapi wartawan sehingga memasang portal elektrik tersebut. 
 
Katanya, "Kalau dia takut dikejar wartawan, tak usah jadi Kadis. Mundur saja dia. Kantor Gubernur aja terbuka kok. Itukan sarana pelayanan publik," kata SF Hariyanto. 
 
Kalau soal takut wartawan, itu menurut saya tak betul.
 
Masak iya Pak Erisman takut dengan wartawan. Sebab dia dulunya wartawan, di sebuah media ternama di Riau yang ditugaskan di ibukota Jakarta.
 
Tapi, saya menangkap lain dari respon Pak Plt. Gubernur itu. Seperti ada muatan pesan tertentu.
 
Sebab statemen "keras" ini bukan kali ini saja. 
 
Ketika ia baru menjabat sebagai Plt. Gubernur beberapa waktu lalu, dalam sebuah rapat perdananya bersama para kepala Organisasi Perangkat Daerah, kita baca di media online, Pak Erisman juga sempat di tegur keras beliau.
 
Bahkan nada suaranya pun meninggi saat menyoroti gaya kerja Pak Erisman yang dinilainya tidak transparan.
 
Katanya waktu, yang kita baca:
 
“Tiap rapat bahasnya korupsi, sampai HP saja harus diamankan dulu. Bahas korupsi pun masih pakai rapat. Banyak gaya kau!” kata SF waktu itu di depan hadirin yang lain.
 
Dibegitukan, Pak Erisman hanya bisa diam dan tertunduk. Beberapa kepala OPD lain juga tampak terdiam, dan memilih tak ikut campur. Sejenak ruangan pun hening. Namun SF belum berhenti.
 
“Jangan petantang-petenteng kau!” sergahnya melanjutkan.
 
Hmmmm
 
Jadi, kalau sudah begini suasananya, kita menangkap macam ada sesuatu. Ada yang tak sampai.
 
Tapi apapun itu, menurut saya, yang beginian tak baik dan tak usah dipertontonkan sampai terekspose di ranah publik.
 
Tak baik buat kami yang menontonya sebagai rakyat.
 
Karena kalian adalah pejabat, yang semua fasilitas dan gaji kalian, dikerok dari duit rakyat. 
 
Sementara kami sebagai rakyat, banyak yang pait hidupnya.
 
Jadi, kerja ajalah baik-baik. Kami butuh kinerja kalian.
 
Kalau memang ada masalah, selesaikan dan bicarakan di belakang.
 
Kalau tak bisa juga diselesaikan dan berdamai baik-baik. Maka solusinya:
Harus ada yang mundur salah satunya, atau mundur sekalian keduanya.
 
Sebab, kami rakyat, butuh kinerja pemerintah yang maksimal. Bukan kegaduhan.
 
Untuk mendudukkan kalian di singgasana pemerintahan itu tidak gratis. Tapi berbiaya besar, baik dari pemerintah sebagai penyelenggara pilkada, maupun biaya yang kalian keluarkan sebagai peserta.
 
Belum lagi kami sebagai rakyat dalam bersosial menjadi terkotak-kotak, karena perbedaan pilihan.
 
Jadi, sudahlah. Sekarang kalian maunya yang mana. Berbaikan saja, mundur salah satunya, atau mundur sekalian keduanya.
 
Tapi, saran saya baik-baik sajalah.
 
Jangan buat kami risau. Udahlah Pak Gubernur Wahid baru saja ditangkap KPK. Jangan sampai kalian juga ikut diangkut. Jangan sampai...
 
 
KASRI JUMIAT
Penggiat Sosial Media